Kategori
Pendidikan

ILMU BEBAS NILAI ATAU ILMU TIDAK BEBAS NILAI

Makalah Ilmu Bebas Nilai atau Ilmu Tidak Bebas Nilai

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu di jaman yang modern saat ini, telah mempengaruhi reproduksi dan penciptaan dalam manusia. Ilmu itu sendiri telah menciptakan dehumanisasi yang dapat mengubah hakikat kemanusiaan tersebut. Sehingga, ilmu dapat menjadi wadah yang membantu manusia dalam menciptakan dan mencapai tujuan dalam hidupnya.

Menghadapi pernyataan yang seperti ini, manusia mulai mempertanyakan sebenarnya untuk apa ilmu itu dipergunakan. Sampai dimana saja batas tentang keilmuan ini dibahas serta ke arah mana saja ilmu tersebut dikembangkan.

Sedangkan pada abad ke-20, ilmuwan mencoba menjawab permasalahan ini dengan mengesampingkan hakikat moral. Sehingga menyebabkan ilmu berada dalam perspektif yang berbeda-beda. Karena pada saat itu, manusia mencoba mencari rasional yang jelas tentang alam dan dirinya.

Contohnya dapat dilihat pada tokoh Copernicus (1473-1543) yang mengajukan pemikirannya mengenai semesta alam serta kenyataan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Hal ini berbeda dengan ajaran-ajaran agama yang terdapat saat itu, sehingga memunculkan interaksi antara ilmu dan moral yang kontra.

Dalam hal keilmuan, ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya atau berdasarkan pada kenyataan yang ada. Tetapi pihak agama, menginginkan agar ilmu tersebut berdasar dari nilai-nilai yang terdapat pada ajaran di luar bidang keilmuwan yang diantaranya adalah agama.

Dari permasalahan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi pertentangan diantara manusia yaitu antara ilmu yang berlandaskan pada nilai yang terdapat di luar bidang keilmuwan dengan ilmu yang ingin terbebas dari nilai yang tidak berada dalam bidang keilmuannya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah-masalah yaitu :

  1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
  2. Apa yang dimaksud dengan nilai?
  3. Bagaimana penjelasan ilmu dalam paradigma ilmu bebas nilai?
  4. Bagaimana penjelasan ilmu dalam paradigma ilmu tidak bebas nilai?
  5. Apa kaitan antara ilmu dengan nilai-nilai?

C. TUJUAN

Agar dapat memahami dengan jelas mengenai hakikat dari ilmu dan nilai. Serta dapat membedakan ilmu yang dijelaskan dalam paradigma ilmu bebas nilai ataupun ilmu yang dijelaskan dalam paradigma ilmu tidak bebas nilai.

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU

Rasionalisasi dalam ilmu pengetahuan sendiri terjadi sejak Rene Descartes memunculkan metodisnya dengan meragukan segala hal, kecuali yang sedang dalam keraguan adalah dirinya. Yang kemudian berlanjut pada era Auf Klarung yakni era yang berusaha mencapai titik rasional tentang alam dan dirinya.

Dalam istilah klasik sendiri, ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang menjelaskan tentang asal-usul suatu hal ataupun sebab akibat dari suatu peristiwa. Sedangkan menurut Guston Buchelard, ilmu pengetahuan merupakan produk dari pemikiran manusia yang menyelaraskan antara hukum pemikiran yang ada dengan dunia luar.

Sedangkan dijelaskan oleh Daoed Joesoef, ilmu pada dasarnya mengacu pada tiga hal, yakni produk-produk, masyarakat dan proses. Ilmu pengetahuan sebagai produk diartikan sebagai ilmu yang telah dikenal/diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan.

Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat diartikan sebagai dunia komunikasi yang segala tindakan, perilaku dan cara berbicaranya diatur dengan universalisme, komunalisme, skeptisisme yang teratur dan komunalisme. Ilmu pengetahuan sebagai proses diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam mencari penemuan dan pemahaman dunia alami apa adanya bukan sebagaimana yang dikehendaki.

Ilmu pengetahuan merupakan kegiatan dalam mencari penemuan dan pemahaman dunia
Photo by Pixabay on Pexels.com

Van Melsen mengemukakan beberapa ciri yang menandai ilmu, yaitu :

  1. Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren
  2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih karena erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuan.
  3. Universalitas ilmu pengetahuan
  4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak di distorsi oleh prasangka-prasangka subjektif
  5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
  6. Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah bila mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
  7. Kritis, tidak ada teori ilmiah yang difinitif.
  8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan antara teori dengan praktis.

B. PENGERTIAN NILAI

Filsafat sebagai “phylosophy of life” mempelajari nilai-nilai yang ada dalam kehidupan dan berfungsi sebagai pengontrol terhadap keilmuan manusia. Teori nilai berfungsi mirip dengan agama yang menjadi pedoman kehidupan manusia. Dalam teori nilai terkandung tujuan bagaimana manusia mengalami kehidupan dan memberi makna terhadap kehidupan ini.

Nilai, bukan sesuatu yang tidak eksis, sesuatu yang sungguh-sungguh berupa kenyataan, bersembunyi dibalik kenyataan yang tampak, tidak tergantung pada kenyataan- kenyataan lain, mutlak dan tidak pernah mengalami perubahan (pembawa nilai bisa berubah).

C. PARADIGMA ILMU BEBAS NILAI

Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur tangan faktro eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri.

Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:

  1. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan social.
  2. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
  3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.

Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkadang hal tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini adalah teknologi air condition, yang ternyata berpengaruh pada pemanasan global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu dengan tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar. Dalam ilmu bebas nilai tujuan dari ilmu itu untuk ilmu.

Ilmu bebas nilai membenarkan eksplorasi alam tanpa batas, demi kepentingan ilmu itu sendiri
Photo by Snapwire on Pexels.com

Dengan bebas nilai kita maksudkan suatu tuntutan dengan mengajukan kepada setiap kegiatan ilmiah atas dasar hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Orang yang mendukung bebas nilai ilmu pengetahuan akan melakukan kegiatan ilmiah berdasarkan nilai yang khusus yang diwujudkan ilmu pengetahuan. Karena kebenaran dijunjung tinggi sebagai nilai, maka kebenaran itu dikejar secara murni dan semua nilai lain dikesampingkan.

D. PARADIGMA ILMU TIDAK BEBAS NILAI

Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.

Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu selau ada kepentingan-kepentingan. Dia juga membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan masing-masing;

  1. Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-analitis. Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasil penyelidikan untuk kepentingan-kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori yang ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang besifat teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia untuk mengelola dunia atau alamnya.
  2. Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang pertama, karena tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesamanya, memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana ini adalah pemahaman makna.
  3. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia.

Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan harus di kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan dan sebagainya.

E. KAITAN ILMU DENGAN NILAI-NILAI

Di dunia modern ini, ilmu sangatlah mendominasi.  dipandang dari segi masa depan, ilmu dianggap sebagai sumber nasihat tentang perilaku. Dalam pandangan Habermas, jelas sekali bahwa ilmu sendiri dikonstruksi untuk kepentingan-kepentingan tertentu, yakni nilai relasional antara manusia dan alam, manusia dan manusia, manusia dan nilai penghormatan terhadap manusia. Jika lahirnya ilmu itu terkait dengan nilai, maka ilmu itu sendiri tidak mungkin bekerja terlepas dari nilai.

Tanggungjawab ilmu pengetahuan dan tekhnologi menyangkut tanggung jawab terhadap hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di masa-masa lalu. Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut mengupayakan penerapan ilmu pengetahuan dan tekhnologi secara tepat dalam kehidupan manusia. Kaitan ilmu terhadap nilai-nilai membuatnya tak terpisahkan dengan nilai

Ilmu berhubungan dengan teknologi yang diciptakan secara berkelanjutan oleh manusia
Photo by Designecologist on Pexels.com

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam kehidupan sehari-hari, niali berfungsi mirip dengan agama yang  menjadi pedoman kehidupan manusia. Dalam teori nilai terkandung tujuan bagaimana manusia mengalami kehidupan dan memberi makna terhadap kehidupan ini.

Nilai bukan sesuatu yang tidak eksis, sesuatu yang sungguh-sungguh berupa kenyataan, bersembunyi dibalik kenyataan yang tampak, tidak tergantung pada kenyataan- kenyataan  lain, mutlak dan tidak pernah mengalami perubahan.

Dalam filsafat terdapat dua pandangan menenai ilmu, yaitu ilmu bebas nilai dan ilmu terikat nilai/tidak bebas nilai. Ilmu bebas nilai mengemukakan bahwa antara ilmu dan nilai tidak ada kaitannya, keduanya berdiri sendiri.

Menurut pandangan ilmu bebas nilai, dengan tujuan mengembangkan ilmu pengetahuan kita boleh mengeksplorasi alam tanpa batas dan tdak harus memikirkan  nilai-nilai yang ada, karena nilai hanya akan menghambat perkembangan ilmu.

Menurut pandangan ilmu terikat nilai/tidak bebas nilai, ilmu itu selalu terkait dengan nilai-nilai. Perkembangan ilmu selalu memperhatikan aspek nilai yang berlaku. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ghozali Bachri, dkk. 2005. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Tiara Wacana

Surajiyo. 2007. Suatu pengantar Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi aksara.

(Online, https://muhamad-abdorin.blogspot.com/2012/05/ilmu-bebas-nilai.html)


Terbantu dengan blog ini? Atau memiliki pertanyaan seputar makalah pendidikan lainnya? Anda dapat membantu blog ini dengan memberikan like dan comment di bawah ini yaa😉

Oleh istighfarahmq

Istighfarah Mardiyanah Qadarisman, S.Pd.
Lulusan S1 Manajemen Pendidikan - Universitas Negeri Surabaya

Tinggalkan komentar